Wanita
bergamis hitam duduk di kafe menunggu seorang teman, tampak gelisah. Sesekali
matanya melirik pintu kalau-kalau yang dinantikan tiba. Sepuluh menit kemudian
tampak seorang pria berkemeja biru muda masuk ke dalam kafe dan tersenyum
kepada wanita tersebut.
“Assalamuallaikum
Salwa, maaf terlambat jalanan macet,” menyapa wanita tersebut.
“Waalaikum
salam, tak apa Mas Reyhan. Aku juga belum lama disini.”jawab Salwa.
“Sudah
pesan minum dan makanan?”
“Sudah,
Mas juga sudah ku pesankan mocacino dan mufin keju.”
“Terimakasih,
masih ingat kesukaanku ya,” Ucap Reyhan tersenyum.
Obrolan
terhenti karena witres datang menghantarkan pesanan mereka berdua.
“Salwa,
apakah pertemuan ini untuk memberikan jawaban atas khitbahku kemarin?” tanya
Reyhan
“InshaAlloh,
itu tujuan saya.” Jawab Salwa.
“Lalu,
apa jawabanmu? Semoga sesuai dengan harapanku,” ungkap Reyhan tersenyum
Salwa
tertunduk, gelisah memilin ujing jilbab lebarnya, keringat dingin pun mengalir
karena gugup menjawab pertanyaan Reyhan. Beberapa kali menarik nafas panjang
sekedar mengurang rasa gugup.
“Mas,
maaf jawabanku tidak bisa menerima kitbahmu. Aku tidak ingin menjadi duri dalam
rumah tangga Mas.” Jawab Salwa menunduk
“Kenapa?
toh dalam islam boleh poligami dan istriku tidak keberatan berbagi kebahagiaan
denganmu. Aku ingin menjagamu juga anak-anakmu Salwa,”ucap Reyhan lembut
menatap Salwa.
“Terimakasih
Mas atas niat baikmu juga istri Mas. Tapi aku ini wanita egois mas yang tak
akan sanggup berbagi suami. maaf mas, karena aku takut akan melukai hati seorang
istri disebabkan keegoisan ku. Jagalah aku mas dalam setiap doamu yang
melangit. Percayalah doa-doa yang kau rapalkan adalah salah satu caramu
menjagaku.” Salwa menghapus airmata yang membasahi pipi
Reyhan
menarik nafas panjang,”baiklah kalau ini keputusanmu, Aku tak akan memaksa.”
Lalu
Reyhan memanggil witres meminta bill dan memerikan uang untuk membayar makanan
dan minuman.
“Mas,
pamit ya salam untuk anak-anak. Semoga ada seorang pria yang akan menjagamu.
Kalau butuh apapun jangan sungkan menghubungi Aku atau istriku.
Assalamuallaikum,” Reyhan pamit lalu berjalan keluar.
Salwa
menatap kepergian pria yang baru saja di tolak lamarannya. Menangis dalam diam
yang dapat dilakukannya, bukan Salwa menyesali atas pilihannya untuk menolak.
Namun, bagaimana mungkin Salwa tega menyakiti hati wanita yang begitu sayang
kepada suami.
Salwa
memilih berdiri lalu berjalan keluar kafe, pilihannya adalah ke masjid. Salwa
ingin solat dan mengadu kepada Alloh atas rasa sesak di dalam dada.