Selasa, 18 Juli 2017

Berbagi Hati




 Teka Teki, Jantung, Cinta, Dua Hati
Wanita bergamis hitam duduk di kafe menunggu seorang teman, tampak gelisah. Sesekali matanya melirik pintu kalau-kalau yang dinantikan tiba. Sepuluh menit kemudian tampak seorang pria berkemeja biru muda masuk ke dalam kafe dan tersenyum kepada wanita tersebut. 

“Assalamuallaikum Salwa, maaf terlambat jalanan macet,” menyapa wanita tersebut.

“Waalaikum salam, tak apa Mas Reyhan. Aku juga belum lama disini.”jawab Salwa.

“Sudah pesan minum dan makanan?” 

“Sudah, Mas juga sudah ku pesankan mocacino dan mufin keju.”

“Terimakasih, masih ingat kesukaanku ya,” Ucap Reyhan tersenyum.

Obrolan terhenti karena witres datang menghantarkan pesanan mereka berdua.

“Salwa, apakah pertemuan ini untuk memberikan jawaban atas khitbahku kemarin?” tanya Reyhan 

“InshaAlloh, itu tujuan saya.” Jawab Salwa.

“Lalu, apa jawabanmu? Semoga sesuai dengan harapanku,” ungkap Reyhan tersenyum
Salwa tertunduk, gelisah memilin ujing jilbab lebarnya, keringat dingin pun mengalir karena gugup menjawab pertanyaan Reyhan. Beberapa kali menarik nafas panjang sekedar mengurang rasa gugup.

“Mas, maaf jawabanku tidak bisa menerima kitbahmu. Aku tidak ingin menjadi duri dalam rumah tangga Mas.” Jawab Salwa menunduk 

“Kenapa? toh dalam islam boleh poligami dan istriku tidak keberatan berbagi kebahagiaan denganmu. Aku ingin menjagamu juga anak-anakmu Salwa,”ucap Reyhan lembut menatap Salwa.

“Terimakasih Mas atas niat baikmu juga istri Mas. Tapi aku ini wanita egois mas yang tak akan sanggup berbagi suami. maaf mas, karena aku takut akan melukai hati seorang istri disebabkan keegoisan ku. Jagalah aku mas dalam setiap doamu yang melangit. Percayalah doa-doa yang kau rapalkan adalah salah satu caramu menjagaku.” Salwa menghapus airmata yang membasahi pipi
Reyhan menarik nafas panjang,”baiklah kalau ini keputusanmu, Aku tak akan memaksa.”

Lalu Reyhan memanggil witres meminta bill dan memerikan uang untuk membayar makanan dan minuman.  

“Mas, pamit ya salam untuk anak-anak. Semoga ada seorang pria yang akan menjagamu. Kalau butuh apapun jangan sungkan menghubungi Aku atau istriku. Assalamuallaikum,” Reyhan pamit lalu berjalan keluar. 

Salwa menatap kepergian pria yang baru saja di tolak lamarannya. Menangis dalam diam yang dapat dilakukannya, bukan Salwa menyesali atas pilihannya untuk menolak. Namun, bagaimana mungkin Salwa tega menyakiti hati wanita yang begitu sayang kepada suami.  

Salwa memilih berdiri lalu berjalan keluar kafe, pilihannya adalah ke masjid. Salwa ingin solat dan mengadu kepada Alloh atas rasa sesak di dalam dada.

Jingga



 Gadis, Mawar, Merah, Karangan Bunga
Jingga gadis kecil dengan tubuh mungil, dan berwajah pucat. Jingga adalah pasien di Rumah Sakit Cinta Kasih. Menderita leukimia yang menharuskannya sering tidur di rumah sakit, dengan berbagai alat medis terpasang di tubuhnya.

“Selamat Pagi Jingga cantik,” sapa suster Rita

“Pagi suster.”

“Apa keluhanmu pagi ini sayang, adakah yang bisa suster bantu?”

“Suster tolong ambilkan ponsel di nakas itu ya, tadi habis dipakai Mama.”

“Baiklah, ini sayang. Jingga setiap hari tidak lepas dari ponsel, chat dengan siapa?”

“Suster tahu sih, enggak chat dengan siapa-siapa suster, hanya menulis di blog Jingga.”

“Wah, Jingga blogger ya? Hebat masih kecil sudah jadi blogger nih.”

“Masih belajar, dari pada kesepian kalau mama dan papa kerja jadi Jingga menulis.”

“keren, nulis tentang apa sayang?”

“Menulis tentang sakit yang Jingga derita, tetapi bukan mengeluh suster. Tapi, Jingga berbagi pengalaman saja. Agar teman yang sakit seperti ini tidak sedih, karena banyak juga yang seperti Jingga di luar sana.”

“MasyaAlloh, kamu hebat sayang, semoga Alloh beri kesehatan dan kekuatan buat Jingga ya”

“Aamiin. Terimakasih Suster.”

“Baiklah, sekarang saatnya sarapan. Mau makan sendiri atau disuap nih?”

“Makan sendiri saja Sus,” jawab Jingga sambil meraih nampan berisi makan pagi

“ Baiklah, selamat makan dan jangan lupa obatnya diminum ya. Suster ke kamar sebelah dulu.”
“Terimakasih Suster.”

Suster melangkah keluar kamar dan Jingga memulai sarapan dan selanjutnya minum obat.

Akhir Penantian Queen





Heart, Broken, Broken Heart, Love
Queen menatap penampilannya di depan cermin, dengan gamis ungu dan hijab dengan warna senada dipercantik ditambah polesan make up natural. Setelah merasa cukup Queen mengenakan flat soes dan berangkat ke acara reuni sekolahnya. 

Selama dalam perjalanan Queen membayangkan seperti apa teman-teman sekolahnya dulu. Pasti mereka datang bersama suami dan anak, tidak seperti Dia yang maih sendiri. Bukan tidak ada lelaki yang mau menjadi suami Queen, tetapi hatinya sudah terisi sebuah nama.

 Queen sudah terikat janji setia dengan teman sekolahnya yang sedang kuliah diParis. Dia sangat menjaga janji hatinya, berharap reuni kali ini sang kekasih memberinya kejutan hadir di acara reuni.
“Hai, Queen ya? Apa kabar?” sapa Rima sahabatnya sambil salaman dan cipika sipiki
“Rima, alhamdulillah baik. Kita langsung kumpul dengan teman-teman yuk” Jawabku sambil menggandeng tangan Rima masuk ke aula.

Dalam Aula sudah ramai dengan teman-teman satu angkatannya, beberapa sudah berkumpul dengan sahabat masa sekolah dulu. Rima tahu kalau Queen berharap Bram kekasihnya datang malam ini, meskipun harapan itu tipis karena Bram kuliah di luar Paris. 

“Queen, sudahlah jangan terlalu berharap kehadiran Bram,” ucap rima sambil menepuk punggung Queen menguatkan.

“Iya, Aku tak berharap. Memang dari awal kami tidak menjalin komunikasi. Agar kami focus dengan study,” jawab Queen senyum terpaksa. 

“Queen!” tiba tiba Rima berteriak sambil menunjuk ke arah depan dan spontan Queen melihat ke arah yang ditunjuk Rima

“Bram” Queen terkejut dan berbisik menyebut nama pria yang ditunjuk Rima.

 “iya Queen benar dia Bram kekasihmu, tapi siapa wanita itu?” Rima bertanya heran

Queen tak perduli dengan apa yang Rima katakan, melangkah mendekati Bram dengan hati bergetar. Tak bisa menutupi rasa rindu, namun juga takt dengan adanya wanita bersama Bram.

“Hai, Bram apa kabar? Kapan pulang ke Indonesia?” Queen menyapa Bram dengan suara bergetar tapi tetap berusaha tenang dengan senyum manis

“Queen, cantik sekali. Kabarku baik, Aku pulang 1minggu yang lalu” jawab Bram yang terkejut dan wajahnya nampak pucat.

“Hai, kenalkan Aku Renata tunangan Bram,” tiba-tiba wanita yang bersama Bram memperkenalkan diri. 

“Oh ya, selamat untuk pertunangannya, saya permisi” Queen berpamitan sebelum airmatanya luruh.
Queen berlari keluar aula, menangis merasakan sakit yang luar biasa. Hancur sudah hatinya, penantiannya selama ini hanya sia-sia. Kekasih hati yang dinanti kembali namun menodai kesetiaanya. Waktu dan jarak sudah menghianati janji setia yang Queen jaga sepenuh jiwa. 

 Malu, Seksi, Cantik, Pirang, Wanita

Ibu Pekerja Dalam Pandangan Islam

Ibu adalah salah satu subjek yang menarik untuk dibahas. Menggali kisah seorang ibu tentu sangat luas bahkan tiada henti. Kiprah s...