Penulis : Ar-Rayyan Dwi Andini
Tahun Terbit :
2012
Penerbit : Pro-U Media
Jumlah halaman : 164 hlm
ISBN : 979-1273-83-X
Kemajuan zaman saat
ini, di mana wanita berperan aktif memajukan negeri tercinta. Kiprah wanita
hampir di semua lini pemerintahan tentu menjadi hal yang sangat positif. Setiap
wanita berlomba-lomba belajar untuk meraih cita-cita. Sejak kecil akrab dengan
buku, laptop dan berbagai perelengkapan belajar. Semua orangtua mendukung penuh
kegiatan belajar di bangku sekolah hingga universitas.
Peran wanita di luar
rumah menjadi sangat menarik, dan sangat asik. Ketika masih sendiri belum
membangun keluarga tentu tidak masalah. Namun ketika sudah memasuki masa
membangun rumah tangga mereka memiliki kecemasan tersendiri. Mereka cemas
karena tidak terbiasa melakukan aktivitas di dapur atau tidak bisa memasak.
Setelah menikah, istri
baru tersadar bahwa keluarga yang baru saja dibentuk dan dibina itu membutuhkan
makan. Walhasil setiap hari ia menelpon sang bunda untuk bertanya resep masakan
dan cara membuatnya. Setelah diberi tahu, ternyata, tidak mudah untuk langsung
di praktikan. (hal.7)
Bagaimana mungkin kita
meremehkan dapur sebagai tempat pengolahan makanan jika petunjuk Allah dalam
Al-Qur’an begitu rinci? Mengapa kita malas belajar ilmu makanan dan perdapuran?
Bagaimana bisa kita sebagai Muslimah menjauhi dapur? (hal.17)
Setelah galau tidak
terbiasa beraktivitas di dapur, bukannya semakin semangat belajar akrab dengan
dapur. Fenomena yang ada para muslimah yang berkarier di luar rumah memilih
membayar asisten rumah tangga atau pembantu. Miris sekali bukan, beralasan
sibuk, tidak bisa masak, dan berbagai alasan klise lainnya. Akhirnya menu
makanan terserah pembantu yang mengatur, atau sang nyonya yang membuat menu
yang masak sepenuhnya dalah pembantu. Wajar saja jika anak lebih suka makanan
yang dimasak oleh pembantu dari pada masakan sang Ibu. Seharusnya hal demikian
bikin sedih ya, kalau biasa saja sungguh rasanya aneh.
Memasak sendiri makanan
untuk anggota keluarga adalah salah satu bukti cinta kita kepada anggota
keluarga. Bukankah masakan tersebut dimasak dengan cinta agar anggota keluarga
sehat, kebutuhan nutrisinya terpenuhi. Kalau yang masak pembantu tujuannya
menyelesaikan tugas saja bukan. Dari niat awal memasak saja sudah jauh berbeda,
biisa jadi hasilnya juga berbeda.
Kita harus benar-benar
yakin bahwa makanan yang dikonsumsi keluarga adalah makanan yang halal,
higiene, berkualitas, bernutrisi, dan pas dengan lidah keluarga. (hal.42)
Makanan yang ingin kita
sajikan tentu dengan kualitas terbaik dari berbagai sisi. Oleh keran itu sudah
semestinya seorang muslimah semakin akrab dengan dapur dan bahan makanan. Agar
mahir di dapur harus betah berada di dapur, ngoprek isi dapur mengeksplorasi
bahan makanan menjadi menu makan yang lezat.
Memang tidak semua
perempuan suka berada di dapur. Namun, bukan masalah suka atau tidak suka. Ini
soal kewajiban. Sebenarnya yang membuat orang kita nyaman berada di dapur
adalahh suasana hatikita sendiri. Kita tidak bisa menyalahkan dapurnya,
pekerjaannya, atau menyalahkan orang lain. Diri kitalah yang membuat yang harus
membuat dapur itu nyaman. Rasa nyaman
itu relatif dan sangat individual. Dapur orang lain, walaupun terlihat lebih
bagus, belum tentu nyaman untuk kita. Untuk itulah, ciptakan dapur yang nyaman
menurut versi kita sendiri. ( hal.55)
Buku Muslimah Cantik
Cerdas di Dapur yang ditulis oleh Ar-Royyan Dwi Andini mengajak para muslimah
agar akrab dengan dapur. Mengupas tuntas tentang pentingnya Muslimah mengenal
ilmu memasak, mengenal bahan makanan, dan betapa banyak manfaat memasak bagi
keluarga. Buku yang tidak terlalu tebal
yaitu 162 halaman ini mengupas tentang bagaimana cara agar muslimah akrab
dengan dapur dan cerdas memanfaatkan dapur sehingga dapat menyajikan makanan
yang berkualitas untuk anggota keluarga.
Ditulis dengan bahasa
yang ringan, alur yang jelas, tata bahasa sederhana sehingga sangat nyaman
untuk di baca dan mudah dipahami. Membahas dengan simpel hal-hal yang
seringkali terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Dalam buku ini juga dilengkapi
dengan tips agar betah berada di dapur, selain dapur yang cantik yang masak
juga harus cantik. Dilengkapi dengan resep-resep simpel yang tentu akan sangat
bermanfaat bagi mereka yang baru belajar mengenal dapur.
Menurut saya ketika
awal membaca buku sempat kurang menarik, karena di awal buku yang saya temui
justru banyaknya ayat-ayat Al-Qur’an tanpa disertai penjelasan singkat. Kalau
saya lebih suka ayat-ayat tersebut di masukan dalam bab yang berkaitan dengan
ayat tersebut jadi lebih jelas dan nyaman. Kembali lagi kepada kenyaaman sang
pembaca ya, tetapi ketika berlanjut ke bab selanjutanya lebih jelas mudah
dipahami.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar